Pentingnya Mitigasi Bencana di Geopark Rinjani Lombok

Gempa Lombok belum lama terjadi. Berkaca dari bencana alam, Geopark Rinjani Lombok perlu mengadakan mitigasi bencana.

Ditetapkannya kawasan Gunung Rinjani sebagai wisata taman bumi (geopark) oleh UNESCO pada April 2018 lalu diharapkan bisa menjadi salah satu pengembangan potensi keanekaragaman (diversity) yang dekat dengan upaya mitigasi risiko bencana.

Bencana gempa bumi berkekuatan 6,4 Skala Richter mengguncang Lombok Timur pada 29 Juli lalu membuat sebanyak 696 wisatawan asing serta 530 wisatawan nusantara terjebak di Gunung Rinjani. Total 1.226 pendaki berhasil dievakuasi dengan selamat oleh tim gabungan.

Seperti yang pernah diberitakan detikTravel sebelumnya, Kusnadi, analis geologi dari Dinas ESDM Provinsi NTB pernah mengulik potensi dan pentingnya mitigasi bencana di kawasan destinasi wisata Pantai Lombok bagian selatan.

 (dok. Geopark Rinjani)(dok. Geopark Rinjani) Foto: undefined


Untuk destinasi wisata Gunung Rinjani https://www.detik.com/tag/gunung-rinjani/, dia pun mengungkap tentang proses bencana yang sebelumnya pernah terjadi di sana, yakni berupa letusan Gunung Samalas di tahun 1257.

Letusan gunung yang satu kawasan dengan Rinjani itu berdampak sangat mengerikan, karena setahun sesudahnya, bencana global itu memicu kelaparan hebat di beberapa negara Eropa. Tanaman pertanian tak ada yang bisa tumbuh dengan baik akibat abu vulkanik Samalas.

Kusnadi menjelaskan letusan dahsyat itu telah memotong Gunung Samalas dari ketinggian berdasarkan pemodelan 5.000 meter menjadi 3.726 meter dan menciptakan lubang menganga dengan diameter sampai 7 km dengan kedalaman 1 km yang saat ini disebut kaldera Danau Segara Anak.

"Bisa dibayangkan dampaknya bagi masyarakat yang hidup di zaman itu. Tercatat letusan itu berskala 8 pada VEI, di Indonesia, hanya kalah dengan letusan Gunung Toba," jelas Kusnadi, Selasa (16/10/2018).

Akan tetapi, kata Kusnadi, letusan Samalas terjadi ketika peradaban modern telah ada. Sehingga ada catatan sejarahnya pada daun lontar yang disebut Babad Lombok.

Kini letusan itu hanya tinggal kenangan, peradaban setelahnya dapat menikmati hasilnya berupa tanah yang subur, mata air melimpah, hutan yang lebat, material tambang yang melimpah dan tentunya potensi geowisata yang sangat besar.

(dok. Geopark Rinjani)(dok. Geopark Rinjani) Foto: undefined


"Pelajaran pentingnya, bencana geologi adalah proses yang tidak bisa dicegah, prosesnya memang menyakitkan, tapi dampak positifnya juga sangat besar," cetusnya.

Pengenalan tentang potensi dan risiko bencana geologi menjadi point umum. Point utama adalah proses-proses geologi yang menghasilkan keunikan lain bagi pengembangan kawasan Global Geopark Rinjani Lombok.

Karena konsep geopark merupakan perlindungan geodiversity yang unik, tentunya geopark bisa menjadi salah satu pengembangan kawasan wisata yang paling dekat dengan usaha mitigasi bencana geologi.

"Jadi geotrek geohazard sebagai upaya mengingatkan masyarakat terkait potensi gempa yang ada di daerahnya dan edukasi bagi wisatawan tentang mitigasi risiko bencana," terangnya.

Geohazard merupakan keadaan geologis yang dapat menyebabkan kerusakan atau risiko yang dapat tersebar luas. Sementara geotrek adalah jalur geowisata yang dilengkapi dengan panel-panel informasi dan promosi.

Konsep itu sudah semestinya bisa masuk dan terintegrasikan ke dalam program-program yang akan dilaksanakan oleh Global Geopark Rinjani Lombok dan juga Taman Nasional Gunung Rinjani

Comments

Popular posts from this blog

Warisan Geopark Rinjani-Lombok

Geopark Rinjani & Mitigasi Bencana Geologi

Sejarah Geopark Rinjani-Lombok